Senin, 07 Februari 2011

P A T A H !


‘’Lama banget sih bel pulangnya?’’. Gerutu Rudi pelan. Sembari melayangkan pandangannya ke luar ruangan lewat kaca jendela . Kebetulan Rudi duduk di bangku deretan paling kanan, dekat jendela, Jadi Rudi bisa mencuri-curi pandangan keluar ruang kelas ketika gurunya menghadap papan tulis. Ada yang lain dengan Rudi siang itu. Kecemasan terlihat jelas di raut muka Rudi.
Sepertinya siang ini waktu tak begitu bersahabat dengan Rudi. Jarum jam seakan enggan berputar. Tak seperti yang Rudi inginkan. Rudi ingin cepat-cepat keluar dari ruangan kelas ini secepatnya. Rudi merasa ada sesuatu yang lebih penting daripada harus berlama-lama mendengarkan penjelasan guru Sejarahnya saat ini. Suara penjelasan gurunya seakan menjadi suara sumbang yang tak enak didengar.
Kembali dia melirik Arloji di tangan kirinya. Rudi lebih sibuk memperhatikan arloji daripada memperhatikan gurunya mengajar.
‘’Masih lima belas menit lagi’’. Katanya kesal. sambil membolak-bolik buku pelajaran yang ada di hadapannya. Berpura-pura konsen kepada pelajaran saat itu. Raut muka Rudi terlihat tak sabar menunggu bel tanda jam pelajaran terkahir berbunyi. Sepertinya akan ada peristiwa besar setelah bel pulang sekolah berbunyi.
‘’Kali ini aku harus berhasil’’. ucapnya lirih.
bel yang sangat ditunggu-tunggu Rudi pun akhirnya berbunyi. Terdengar sangat merdu sekali. Bak suara orchestra musik classic membahana di ruang teather.
‘’Ya,..sekarang lah saatnya !’’, kata Rudi bersemangat. Dengan cepat dia memasukkan buku-buku yang ada di bangku nya.
****
‘’Rud,..Rudi,..!’’, Teriak Amin, sahabat Rudi.
Rudi memepercepat langkahnya. Enggan tersusul Amin. Langkah Rudi pun terhenti, ketika merasa ada yang menarik tali tas sekolahnya. Amin berhasil meraih tali tas Rudi dan memaksa Rudi untuk berhenti berjalan.
‘’Woi,..dipanggilin diam aja.’’, Cerocos Amin.
‘’Mau kemana sih kamu, cepet-cepet gitu jalannya?,..kebelet boker ya?’’, Canda Amin.
‘’Ah kamu Min. gangguin ajah. Sana sana’’, Rudi sewot.
‘’Lepasin tali tasku. aku mau cepet-cepet nih’’, protes Rudi sambil menarik tali tas sekolahnya. Rudi segera lari setelah berhasil melapaskan diri dari Amin. Sementara Amin terdiam begitu saja ditinggal oleh sahabatnya.
‘’Aneh bener Rudi hari ini’’, kata Amin dalam hati. Amin pun segera berlari menyusul Rudi yang lari kearah gerbang sekolah.
‘’Rud...Rudi,..!..Tungguin aku!’’, Panggil Amin lagi. Kali ini dengan suara yang lebih keras. Rudi terus berjalan kearah gerbang sekolah. Tak menghiraukan panggilan Amin.
Namun secara tiba-tiba langkah Rudi terhenti. Mematung di dekat pintu gerbang sekolah. Rudi hanya mematung. Pandangannya ke depan, ke seberang jalan.
‘’Berhenti juga kamu akhirnya’’, Kata Amin sambil menepuk pundak Rudi. Sementara Rudi masih diam mematung, dengan pandangan ke arah seberang jalan. Amin yang dari tadi bingung dengan kelakuan Rudi hanya bisa bingung. Menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
****
‘’Kamu tau Laura kan Min?’’, tanya Rudi sambil terus melempar pandangan ke arah seberang jalan.
‘’Laura yang mana?’’. Amin balik tanya.
‘’Yang Rambutnya panjang,? Kacamataan? cantik? anak IPS 2 bukan?’’, Amin coba menebak.
‘’Seratus buat kamu. Tuh anaknya ada di seberang’’, kata Rudi sambil menunnjuk ke arah Laura berada. Sementara di seberang jalan, di Halte Bus sekolah, Laura tak menyadari kalau sedang diperhatikan dua cowok aneh. Laura sedang sibuk bercanda dengan teman-teman kelasnya.
‘’Terus,...?’’, Amin masih belum nyambung dengan maksud Rudi.
‘’Kamu punya utang ke Laura?’’, tebak Amin asal.
‘’Bukan, gebleg!’’, jawab Rudi ketus.
‘’Aku mau nembak Laura,’’
‘’kamu mau Nembak Laura?’’, Kata Amin setengah teriak. Tak percaya.
‘’Coba lihat dia Min. Sempurna! Aku kasih nilai 13 dari skala 1-10!’’, terang Rudi.
‘’Terus,..nunggu apa lagi Rud?’’ Tanya Amin.
‘’Laura udah punya pacar belum ya?’’
‘’Ya elah! kalau mau nembak ya nemabak aja. gak usah mikir Laura punya pacar apa enggak. Sana gih !, buruan !’’, Amin mencoba meyakinkan Rudi yang mulai ragu.
Rudi tak beranjak. Masih mematung di tempat dia ngobrol dengan Amin. Rudi terlalu sibuk mengamati gerak-gerik Laura di seberang jalan. Seakan terbius. Rudi terpesona menyaksikan kesempurnaan Laura. Terlebih ketika rambut Laura yang hitam dan panjang terurai, berriak di permainkan angin. Rudi menggeleng-geleng kepalanya. Tanda kagum. Memang kecantikan Laura tak dapat dipungkiri lagi. Sikapnya yang ramah dan bersahabat menjadikan cowok-cowok di Sekolahannya berlomba-lomba mengejarnya. Tak ketinggalan Rudi.
Rudi memang telah lama menaruh hati kepada Laura. Sejak kelas satu SMA dulu. Rasa itu muncul ketika Rudi secara kebetulan Les di Lembaga Bimbinga Belajar yang sama. Namun rasa itu Rudi pendam sendirian. Sampai sekarang. Hingga sahabat terdekatnya, Amin tidak mengetahuinya Jika Rudi mempunyai perasaan lebih ke Laura.
Rudi melihat arlojinya. Tak terasa, mereka berdua telah menghabiskan waktu sepuluh menit untuk ngobrol masalah si Target, Laura. Sementara Laura dengan segenap pesonanya, masih tetap di Halte bus.
****
‘’Sekaranglah waktunya’’, kata Andi lirih pada dirinya sendiri. mencoba mengumpulkan semua kepercayaan dirinya.
‘’Semangat Bro !,’’. Amin menyemangati Rudi dengan menunjukkan kepalan tinjunya.
‘’Kamu bisa !,’’ kata Amin sekali lagi.
Rudi melangkah mantab menuju seberang jalan. belum sampai Rudi menyebarngi jalan sebuah bus datang dan berhenti di Halte sekolah.
‘’Mampus lu,..telat deh aku,’’. Rudi menepuk kepala, tanda penyesalan.
‘’Kamu sih pake acara narik-narik aku segala. Jadi telat deh aku!,’’. Rudi menyalahkan Amin yang tadi sempat mengajaknya ngobrol. Rudi lupa, padahal Rudi lah yang mengajak Amin berhenti di gerbang dan ngobrol masalah Laura. Cinta memang membuat Rudi hari ini Aneh.
‘’Tuh,..Laura mu masih di Halte!,’’
‘’Makanya,..sabar dulu,..!,’’. Amin gantian marah.
Ternyata Laura masih di halte bus. Dia tak ikut naik bis bersama teman-temannya. Rudi tambah PeDe. Dia merasa Laura sengaja tidak naik bus karena menunggu dirinya. Dia tak sabar untuk segera menghampiri Laura. Sang Pujaan hatinya. Setelah tengak kanan, tengok kiri, memastikan kendaraan sepi. Rudi pun menyebrang. Setelah sampai seberang Rudi pun segera menyapa Laura.
‘’Hai Lau...!,’’. Rudi tak sempat ,menyelesaikan sapaan mesaranya kepada Laura. Seorang cowok berseragam SMA sebelah, dengan mengendarai sepeda motor sport berhenti di depan Laura.
‘’Maaf telat yang, masih ada pelajaran tambahan tadi,’’. Kata cowok tadi, kepada Laura.
‘’Gakpapa kok yang. aku juga baru aja keluar kok ,‘’ jawab Laura manja. Laura segera naik ke sepeda setelah menerima helm yang dikasih dari cowok itu.
Rudi tertunduk lesu. Berjalan gontai bak prajurit yang kalah perang. Rudi merasa kecea sekali. Cewek yang selama ini menjadi pujaan hatinya ternyata sudah menjadi milik orang lain.
Laura dan cowok itu segera berlalu dengan sepeda motor sportnya. Rudi masih memandang ke arah Laura sampai dia menghilang di tikungan. Rudi mengumpat dalam hati. Dia hanya bisa menunduk. Akhirnya dia memutuskan utnuk menyebrang kembali ke arah sekolahan. Rudi mencoba membagi kekecewaannya itu dengan sahabatnya, Amin yang setia menunggu di gerbang sekolah.
‘’Awas Rud,..Ada mobil !,’’. Teriak Amin daris seberang jalan. Kegalauan membuat Rudi tak berpikiran untuk memastikan keadaan jalan sebelum menyebrang.
Dari arah kanan muncul mobil Jeep yang melaju kencang. Suara decitan rem mobil terdengar. Karena melaju dengan kecepatan tinggi pengendarapun tak bisa menghindari kecelakaan ini. Dan akhirnya bemper depan mobil jeep itu beradu dengan tubuh Rudi. Rudi terpental ke tepi jalan raya. Terguling beberapa kali. Rudi mengerang kesakitan memegang kaki kanannya. Tampaknya dia mengalami patah tulang.
Rudi tak membayangkan sama sekali mengalami patah hati dan patah tulang hampir bersamaan. Sekilas bayangan Laura melintas di pikirannya. Masih dengan pesonanya. Setelah itu bumi terasa berputar dan akhirnya semua gelap.
By Syafril Hidayat
Jum'at, 16 Oktober 2009, 22.49. Ruang tamu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar